puisi 

Puisi Kim Al Ghozali AM

Kim Al Ghozali AM lahir di Probolinggo, Jawa Timur, pada 12 Desember 1991. Selain menulis puisi, ia juga menulis cerpen dan esai. Kini puisi-puisi dan tulisan lainnya telah tersebar di berbagai media cetak lokal, nasional dan media online. Karyanya juga tersebar di banyak antologi. Buku puisi tunggalnya yang telah terbit: Api Kata (Basabasi, Februari 2017). Sekarang bergiat di sebuah komunitas sastra di Bali: Jatijagat Kampung Puisi (JKP 109).

 

Rimba

 

menyusuri hutan, memasuki hal hal

di luar rumusan

roh pepohonan bergentayangan

dan harum bunga menyeret langkah

ke arah yang salah

keganjilan pun bermula dari rimbun

dedaunan. juga pesta pora tak terbaca

telanjang mata

 

pohon pohon tua beratus tahun bertapa

kepalanya menyundul langit jingga

beratus tahun pula mengeja laju kala

 

mula mula kesunyian

tumbuh pepohonan jadi hutan

mengalir kali di dalamnya

tempat bulan membasuh muka

dan bercengkrama dengan malam

 

mula mula kesunyian

dan tuhan sebaik baik penanam

menjaga dan merawatnya

sebagai ruang firman diturunkan

 

hutan, cawan sunyi

tempat manusia pertama diletakkan

kuala gelap bagi senja sembunyi

dari cahayanya

angin takzim dan santun menerobos

celah barisan pepohonan

waktu pun mengental

pada ubi ubian yang menjalar

 

sampai ke arsy-nya paling rahasia

 

 

Angin Pertama

 

yang mendahului musim ialah angin

berkejaran di dalam dan di luar dingin

menyapu segala yang ringan

—tapi tidak bagi kenangan—

menyentuh jemarimu yang dulu nakal

meraba leher dan bagian bagian tubuhku

 

melingkar, membelai, mengusap kau

mematung dalam hijau badai

 

ia datang padamu, melintasi sulur sulur

rahasia dan bendungan langit jingga

menabur aroma yang kau kenal

mengecup keningmu

mencium seluruh rambutmu

dan kau memejamkan mata, menikmati

sejuk jaketnya yang diselimutkan

ke telanjang tubuhmu

 

leli yang cantik! leli yang cantik!

mata dengan kedipan menarik

 

yang nakal tiba kepadamu

lewat celah pintu, lewat jendela tak berkaca

lewat kenangan kita di hijau perbukitan

 

 

Lanskap Sebuah Dusun

 

dusun yang lembut

tersusun dari kabut

terbuka bagi cahaya

dan sebatang pohon hidup

dengan tangkai tangkai cakram

dengan bayang hampir cair

berbaring di tanah kering

tak memberi bekas

 

batu batu tanpa akar, kokoh

hidup dalam wujud

di sebaliknya

dunia terabaikan terbentang

berlindung pada cadas kulit

pada keras dagingnya

dan di luar rumah rumah

dunia sedang tidur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

five × 1 =